Asha Nuria Novitasari : “Kisah Janda Belia Nujood Tidak berakhir di sini…”

IMG-20171125-WA0016

Buku terbitan beberapa tahun lalu, bukan berarti tidak bisa memberi inspirasi di masa kini. Jelas bagi para pembaca buku sudah memahami bahwa isi dari sebuah buku yang dibaca adalah hal yang terpenting.

Isi buku tak hanya bisa menghantarkan kisah yang informatif  namun juga  bisa menggugah jiwa. “Walaupun terbitan lama, jika menginspirasi biasanya kubaca lagi,” kata Asha Nuria Novitasari sambil menunjukkan sebuah buku yang berjudul Saya Nujood, Usia 10 dan Janda yang ditulis oleh Nujood Ali dan Deplhine Minoui.

Menurut gadis kelahiran November ini, buku  tersebut mewakili minatnya tentang hal-hal perjuangan hak  perempuan. “Kisah Nujood adalah kisah nyata,” tuturnya. Kisah Nujood mengetuk banyak hati orang diseluruh dunia. Berasal dari sebuah desa di Yaman, kehidupannya sebagai seorang perempuan diatur oleh berbagai aturan sosial yang telah berlaku turun-temurun dan diberlakukan lebih ketat dibanding untuk kaum pria.

Pada awalnya, hidup Nujood berjalan seperti anak-anak yang lainnya, seperti menyukai permen,bermain dan  menonton Tom &Jerry. Dalam masa itu juga ia melihat kehidupan kedua kakak perempuannya  Jamila dan Mona, yang tidak jauh terpaut umur mereka namun sudah menikah. Kondisi kehidupan kedua kakak perempuannya tidaklah begitu baik. Hinga saat berikutnya, ayah Nujood telah memutuskan menerima lamaran seorang pria  untuk Nujood yang usianya terpaut tiga kali lipat dari usia Nujood.

“Saya kesulitan mendeskripsikan suasana hati Nujood saat itu tapi bisa merasakannya “ kata Asha.IMG-20171125-WA0013

Nujood adalah anak-anak biasa pada umumnya, tapi pada perjalanan selanjutnya, ia telah berpikir dan bertindak melebihi masa anak-anaknya, pergi ke pengadilan dan bercerai. “Seorang istri yang masih berusia 10 tahun (anak), datang ke pengadilan, meyakinkan hakim  dan mengajukan perceraian, rasanya adalah keinginan yang asli dan tanpa rekayasa,” tutur Asha lagi.

 

 

 

” Aku ingin bermain di luar, seperti anak-anak seusiaku, tapi dia memukuliku dan terus-menerus  memaksaku kembali ke kamar tidur bersamanya untuk…..”

Kata Nujood Ali (hal. 130) kepada seorang reporter

Meski Nujood telah menang di pengadilan, meyandang gelar baru yakni janda (belia) tapi kini  menjalani kehidupan yang lebih menggembirakan. Bagi Asha,kisah tentang Nujood tidaklah berhenti di sini. Justru seharusnya menggugah kita lebih peka, menengok dan membantu anak-anak lain yang kurang lebih bernasib sama dengan Nujood semasa pernikahan.

Saat ditanya, apa pesan dari buku ini ,Asha mengatakan bahwa sebenarnya Nujood adalah gambaran orang yang lemah baik dari fisik, sistem sosial politik daya tarik pribadi. Namun justru karena hal-hal itulah perlawanannya menjadi penggugah jiwa banyak orang untuk terlibat mendukungnya.  Nujood bukanlan sekedar obyek, namun subyek yang bersama-sama dengan orang lain memperjuangkan perbaikan lebih luas  bagi masalah yang mirip menimpa Nujood. Bukan saja kesadaran, namun tindakan.

 

IMG-20171125-WA0014

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Judul                        : Saya Nujood, 10 Tahun dan Janda

Penulis                   : Nujood Ali dan Delphine Minoui

Halaman               : 236 halaman

Hak Cipta              : @Michel  Lafon Publishing 2009

Penerbit                : Pustaka Alvabet

Cetakan                 : ke 2 ( Desember 2010)

 

17 Comments

  1. Sangat menginpirasi sekali ini buku, karena masih banyak di sebagian wilayah di indonesia yang mempunyai adat nikah muda.
    Karena nikah itu bukan hanya untuk melepaskan anak dari tanggung jawab orang tua tapi malah orang tua harus bertanggung jawab atas keputusannya menikahkan anaknya kepada orang yang tepat atau tidak.
    #inspirasiorangtuajamannow

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar