
Bila kita mendengar ada orang yang mengucapkan “ Sing Waras Ngalah..” kemungkinan besar orang tersebut sedang mengalami sebuah konflik dengan pihak lainnya. Ucapan itu juga menunjukkan jalan yang dipilih oleh orang tersebut dengan menarik diri dari konflik karena menganggap tidak ada guna lagi terus berada di dalam konflik. Biasanya, salah satu bentuk ekspresi yang diperbuat oleh orang tersebut yakni diam.
Saat seseorang memposisikan kita waras dan orang lain tidak waras, ada baiknya kita bermenung sebentar. Mengingat berbagai macam peristiwa yang pernah kita lalui. Bisa pula mengingat pengalaman orang lain untuk menelusuri sikap kewarasan itu seperti apa dan bagaimana.
Maria Rostanti :” Yang Tak Terlupakan adalah..”
” Sepertinya buku ini yang mencoba memberikan contoh permenungan tentang kewarasan,” kata RR Sari Nastiti. Padanya, tergenggam sebuah buku berjudul Yakin Waras? Potret Ironi Kehidupan Manusia tulisan dari Mona Sugianto.
Mona memberi serentetan pertanyaan di awal halaman buku ini untuk membuka pintu pikiran pembaca, diantaranya :
- Apakah kita sedang dalam kondisi waras kalau kita dipenuhi oleh aneka pikiran buruk dan kebencian kita terhadap diri sendiri dan orang lain?
- Apakah waras kalau kita memberikan begitu banyak cap kepada diri kita dan orang lain?
- Apakah kita waras kalau kita berusaha menutupi satu kebohongan dengan kebohongan yang lain untuk menutupi pengalaman memalukan kita di masa lalu?
Mona membawa kita ke alur untuk mempertanyakan kita sendiri sejauh mana kita waras. Berbekal pengalaman profesinya sebagai psikolog klinis, Mona menuliskan setiap bab nya diawali dengan sebuah kasus yang dekat dengan kita. Bahkan, sangat mungkin sedang kita alami.

“ Inilah enaknya buku yang ditulis praktisi, selalu ada kasus, penulisannya sederhana dan tidak membuat kening berkerut,”kata perempuan yang berprofesi sebagai akunting di sebuah hotel terkenal di Yogyakarta ini.
Mona menyingkap sedikit demi sedikit tentang sulitnya kita sebagai orang masa kini menerima sebuah nilai kewarasan dan bagaimana kita berperilaku sebagai orang waras. Orang menjalani hidup menggunakan topeng dalam hidupnya. Perilaku dan pemikirannya mudah masuk kedalam lobang ironi yakni tidak sejalan. Seseorang bisa mencela atau menghakimi orang lain, namun bila ditelusuri lebih jauh, orang tersebut juga berbuat yang isinya sama dalam bentuk perilaku lainnya. Tak salah jika muncul pernyataan bahwa kita tidak bisa lagi membedakan secara tegas mana bentuk yang waras, mana yang tidak.
Jika kita sudah merasa bertindak sebagai orang waras, namun hasil yang diterima dari tindakan kita berakibat buruk pada diri kita sendiri dan orang lain sehingga mempengaruhi kualitas kebahagiaan, ada baiknya merenungkan dulu apa yang terjadi.
“Buku ini bisa jadi teman untuk menengok perilaku kita. Teman yang memberi peringatan kepada kita bahwa perjalanan hidup kita sebaiknya mengarah kepada kebahagiaan melalui perilaku dan pikiran di setiap harinya,” ujar Sari sambil senyum manis.
“Ingin bahagia?Coba baca ini” katanya.
Judul :
Yakin Waras? Potret Ironi Hidup Manusia
Penulis :
Mona Sugianto
Penerbit :
Penerbit Kanisius
Cetakan :
I (2018)
Menganalisa kewarasan melalui pola pikir… jos
SukaSuka
Tulisan yang bermakna sekali…
SukaSuka
Cocok ni, buat yg kewarasannya diragukan orang lain…he..he..
SukaSuka