Pada blog ini, 2 karya Ahmad Tohari yakni Bekisar Merah dan Orang Orang Proyek telah diulas. Pada Bekisar Merah, cerita tentang Lasi yang bermula istri seorang penderes tidak diduga masuk ke kehidupan para “orang kuat” di negeri ini. Sedang pada Orang Orang Proyek, cerita Kabul yang mantan aktifis kampus harus memilih mundur dari pos basah demi idealisme yang ia miliki. Dari kedua buku ini, sama-sama memiliki keterikatan kuat kepada masalah sosial politik.
https://resensibukupilihan.com/2019/08/27/yedisihna-claire-memperjuangkan-kejujuran-hati/
Saat membaca karya Ahmad Tohari ini, mudah diketahui bahwa suasana orde baru menjadi latar belakang cerita . Saat orde baru diteropong , didapati sebuah titik berupa kasus-kasus sosial politik. Mungkin, titik ini tidak bisa menggambarkan keseluruhan orde baru namun dari titik ini bisa dimulai memahami sebuah situasi sosial politik masyarakat di suatu masa itu.
Membaca buku-buku berlatar belakang sejarah ini memang unik. Sebenarnya kita hanya terfokus kepada beberapa tokoh dan kasus-kasusnya, namun seolah-olah kasus-kasus itu bisa kita tangkap memiliki keterikatan dengan hal-hal lainnya yang secara samar membelitnya. Sebagai contoh, cerita Lasi yang menjadi rebutan Handarbeni dan Bambung. 2 tokoh terakhir diceritakan adalah orang-orang yang memiliki pengaruh di tingkat pusat. Tarik ulur terhadap “kepemilikan” Lasi adalah gambaran bargaining power antara Handarbeni dan Bambung baik sebagai “orang kuat” dan “lelaki ingin tampak kuat”. Hubungan Handarbeni dan Bambung menampakkan bagaimana status dan kedudukan berdasar atas kolusi.
Sedang pada Orang-Orang Proyek, rasa frustasi Kabul terhadap “setoran-setoran” kepada orang partai yang berpengaruh kepada kualitas garapan proyeknya, tergambar jelas aroma politiknya. Kabul menjadi representasi umum siapa saja yang merasa berat hidupnya sebagai seseorang yang memiliki idealisme.Rasa idealisme harus berbenturan dengan hal-hal yang sangat dekat dengan kebutuhan manusia sendiri seperti kenyamanan, kesejahteraan bahkan sikap acuh dll.
Bagi penyuka hal-hal sosial politik, buku-buku Ahmad Tohari jelas bisa menghadirkan sebuah kisah yang membumi. Pembaca tidak harus disuguhi rangkaian data sejarah yang detil ataupun kisah yang heroik. Namun, cukup sebuah kisah dengan kalimat-kalimat sederhana yang bisa membuat pembaca yang pernah merasakan suasana orde baru untuk bernostalgia, sedang untuk pembaca yang hidup dimasa setelahnya juga dapat menilik balik sebuah suasana di masa orde baru.
1 Comment