Dokter Dolittle: Dokter Yang Bisa Berkomunikasi Dengan Hewan

Resensi Buku Pilihan (RBP) kali ini masih menampilkan buku yang dipublikasikan pada tahun yang dekat dengan akhir perang dunia pertama berjudul The Story of Doctor Dolittle. Pada awalnya RBP tertarik dengan judul buku ini karena mengingatkan dengan sebuah film yang kadang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta yakni Doctor Dolittle. Pemeran utama pada film itu adalah Eddie Murphy.

Film itu menarik. Diceritakanlah seorang dokter yang ternyata bisa berkomunikasi dengan hewan. Banyak adegan lucu. Menghibur. Maka jadilah itu tontonan keluarga yang menarik.

Namun, setelah membaca buku ini RBP tercenung karena ada yang berbeda dengan film tersebut.  Konteks pada buku bukanlah pada masa modern seperti yang tergambar pada film Eddie Murphy.  Doctor Dolittle,atau Dokter Dolittle, adalah dokter untuk manusia pada awalnya. Ia  memiliki minat besar pada hewan. Banyak hewan ia kumpulkan di rumahnya.  Apa yang ia lakukan telah mengganggu bisnis profesinya . Pasien semakin menyusut karena tidak nyaman dengan keadaan tempat praktek Dokter Dolittle.

Minatnya kepada hewan semakin membesar setelah ia menyadari bahwa ia ternyata mampu berkomunikasi dengan hewan. Ini membuatnya masuk  semakin jauh dengan dunia hewan, dan meminggirkan respon negatif masyarakat tentangnya.

Hingga, melalui sebuah pesan berantai, Chee-Chee atau monyet yang tinggal dengan Dokter Doolittle menerima kabar dari burung layang-layang bahwa ada pandemi yang menjangkiti monyet-monyet di Afrika. Kabar ini direspon cepat oleh Dokter Doolittle bahwa ia akan kesana bersama dengan Polynesia (burung Nuri), buaya, Chee-Chee, Dab-Dab (bebek), Gub-Gub (Babi), dan Too-Too (burung hantu).

Menggunakan sebuah kapal yang dipinjamkan kepada mereka oleh seorang pelaut yang anaknya pernah disembuhkan oleh Dokter Dolittle, mereka berangkat menuju kisah petualangan di Afrika.  Tentunya, kisah seru selalu bersanding dengan permasalahan. Dan itulah yang terjadi kepada mereka. Mulai saat mereka ditawan oleh raja Jolliginki, meloloskan diri, berhasil bertemu dengan kawanan monyet yang sakit, ditawan lagi oleh raja Jolliginki, bertemu bajak laut, hingga sampai di tempat asal lagi.

Kisah-kisah ini yang ditulis oleh Hugh Lofting disampaikan dalam buku melalui 21 bab. Gambar-gambar semacam sketsa hitam putih  membantu pembaca untuk menempatkan imajinasi mereka mengalir hingga ke halaman terakhir.

Sebuah saran dari RBP saat membaca buku seperti ini yakni, membaca mengalir saja. Jangan disandingkan dengan logika. Hal tersebut malah bisa merusak suasana membaca. Biarkan saja, buaya tidak memakan hewan lain yang ada bersamanya. Biarkan pula mereka tidak kehausan di tengah perjalanan menggunakan kapal dll. Biarkan saja.

Walaupun mengangkat petualangan, namun sebenarya , isi cerita ini sederhana. Tidak penuh intrik.  Sehingga ini memang cocok menjadi buku yang ditujukan untuk pembaca anak. Namun, jika orang  dewasa sedang jenuh dengan cerita yang serius, buku ini jelas memberikan konten yang ringan dan mengalir. Bahkan, ini bisa menjadi referensi mereka saat akan bercerita kepada anak.

Tidaklah sulit menikmati kisah-kisah ini. Penerjemahan yang bagus telah membawa kisah ini begitu mudah dinikmati.

Judul Buku          : The Story of Doctor Dolittle

Penulis                 : Hugh Lofting

Jumlah Halaman: 160 hal

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

Iklan

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s