Kita sedang memasuki bulan Mei. Sebuah bulan yang bagi Indonesia wajib mengenang seorang pejuang pendidikan yakni Ki Hadjar Dewantara tepatnya pada tanggal 2 Mei. Ia bersama istri dan sahabat-sahabatnya telah berjuang di jalan perjuangan Indonesia melalui pendidikan.
Judul di atas sebenarnya merujuk kepada nama semasa muda Ki Hajar Dewantara (RM Soewardi). Sedang nama satunya yakni Danudirja Setyabudi merupakan sahabat perjuangan RM Soewardi. Ia adalah orang Belanda namun mengambil nama bernuansa Hindia. Nama aslinya Ernest Douwes Dekker.
Sebenarnya masih ada 1 orang lagi sahabat Ki Hajar Dewantara yakni dr Cipto Mangunkusumo. Mereka bertiga ini yang disebut tiga serangkai. Menurut buku yang berjudul Ki Hajar Dewantara Putra Keraton Pahlawan Bangsa yang ditulis oleh Syaiful Hermawan, mereka bertiga pernah tidak sepakat dengan organisasi Boedi Oetomo dikeranakan dominasi para priyayi dan perlawanan yang terlalu lembut (62).
Mereka kemudian mendirikan Indische Partij. Sebuah partai politik yang tidak disetujui oleh pemerintah Belanda. Salah satu cara Belanda melemahkan partai ini dengan mengasingkan tiga serangkai keluar daerah.Memang partai politik ini tidak bisa berumur panjang, namun keberadaannya menginspirasi pembentukan partai politik lainnya yang tidak bersifat kedaerahan.
Buku ini juga menuliskan secara umum, bahwa pada masa pengasingan (1913-1919) Ki Hajar Dewantara dan istri (RA Soetaryinah) selain menjaga semangat perjuangan, mereka juga giat menyambung hidup. Nyi Hajar Dewantara sempat bekerja sebagai guru TK di Belanda.Ini adalah salah satu bentuk loyalitas nya kepada suami.
Setelah kembali dari pengasingan, Ny Hajar Dewantara pun aktif mebantu sang suami dalam pembentukan Taman Siswa pada tahun 1922. Ki Hajar Dewantara merasa bahwa hasil pendidikan Eropa tidak cocok bagi kaum pribumi. Untuk itulah perlu konsep pendidikan yang sesuai dengan karakter pribumi. Pada waktu selanjutnya, Nyi Hajar terlibat aktif pada kegiatan-kegiatan yang bersifat pergerakan wanita.
Buku ini meyajikan info yang mungkin jarang kita dengar seperti orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan Ki Hajar Dewantara. Salah satunya yakni kakak beliau bernama RM Soeryopranoto. Mereka memiliki kesamaan bentuk perjuangan yakni bergerak dalam bidang pendidikan. Hanya saja, sang kakak ini lebih juga memasuki ranah ekonomi. Demi membantu kaum pribumi, ia membuat lembaga simpan pinjam yang bernama Mardi Kaskoyo (93).
—-
Keunikan buku ini yang diterbitkan oleh C-Klik Media ini, terdapat testimoni dari para cucu Ki Hajar Dewantara. Salah satu contoh yang menarik yaitu yang dialami oleh Litasari. Ia meyaksikan seorang gila yang masuk ke pekarangan rumah eyangnya sambal membawa pentungan (tongkat atau batang untuk memukul). Suasana yang berbahaya itu dihadapi oleh Ki Hajar dengan tenang. Si orang gila itu bisa diredam perilaku oleh Ki Hajar Dewantara.Litasari menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi. Ki Hajar hanya menjawab Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti.
RBP teringat dengan konsep ini yang memang dikenal disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara selain salah satu konsep paten lainnya yakni Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani. Sebelumnya, RBP mengenal konsep yang pertama sebagai ajaran bahwa angkara murka akan hancur oleh kelemahlembutan. Namun pada buku ini, tertulis penjelasana yang lebih lengkap yakni Segala bentuk angkara murka yang ada dalam diri manusia akan sirna dengan segala bentuk kelembutan yang didasari oleh kasih sayang,kelembutan dan kebaikan.
Buku ini bagi RBP seperti buku cerita. Mengalir kisah-kisah yang mudah dimengerti. Menyerap kalimat-kalimat dan gambar-gambar yang tanpa sadar sebenarnya adalah salah satu kisah perjuangan bangsa ini dari zaman sebelum kemerdekaan hingga sesudahnya oleh Ki Hajar Dewantara dan para crircle nya.

Judul Buku : Ki Hajar Dewantara
Putra Keraton Pahlawan Bangsa
Penulis :Syaiful Hermawan
Penerbit :C-Klik Media
Cetakan : Pertama, 2020
Ajarannya masih sangat relevan di jaman ini
SukaDisukai oleh 1 orang