
“Mid, aku ingin menyandang senjata seperti mereka.”
Ini adalah salah satu percakapan Kiram dan Amid. Mereka terlibat dalam gerakan perjuangan pasca proklamasi Indonesia melawan tentara Belanda. Mungkin sebagian kita masih berpikiran bahwa motif masyarakat menjadi pejuang dulu dengan bergabung dalam sebuah pasukan adalah langsung terlibat pertempuran melawan musuh. Namun pada novel ini karya Ahmad Tohari yang berjudul Lingkar Tanah Lingkar Air, pembaca disuguhi kisah yang variatif. Ahmad Tohari menyuguhkan adanya motif-motif lain sebelum mereka terlibat pertempuran.
Cuplikan percakapan di atas, adalah gambaran seorang Kiram yang terkesan dengan gagahnya seseorang saat menyandang senjata dan ia ingin menjadi seperti itu. Dalam karya ini yang pernah terbit sebagai kumpulan cerpen, ternyata senjata tidak saja berguna untuk menembak musuh. Senjata membawa pengaruh bagi derajat sosial si pembawanya. Apalagi jika mereka sudah mendapat panggilan “pemuda” dari warga, terasa itu sebagai salah satu sebutan yang meningkatkan rasa percaya diri. Bahkan, Kiram pada cerita ini diselipkan kalimat sering menggoda Asui yakni gadis Cina pemilik toko depan pasar.
Saat si introver bercerita tentang mereka
Senjata memberikan tambahan arti. Bukan saja senjata itu membuat orang yang menyandangnya menjadi terpandang, namun senjata yang dimiliki mampu menarik orang-orang ke dalam sebuah kelompok pejuang. Sepertinya, kondisi seperti ini adalah jamak di masa itu.
Seperti pada karya lainnya, Ahmad Tohari menyuguhkan peristiwa sosial politik ke dalam cerita yang ia tulis. Kegelisahan Kiai Ngumar terasa saat diminta pendapat oleh Amid cs apakah kelompok mereka sebaiknya bergabung dengan tentara republik atau tetap berada pada kelompok sendiri yakni Hizbullah. Kiai ini memiliki pengetahuan yang luas namun tidak mampu menenangkan ambisi Kang Suyud yang yang tidak ingin bergabung dengan tentara republik. Masing-masing argumen pada percakapan tersebut memiliki dasar situasi yang terjadi di masa itu. Namun pada akhirnya, mereka harus memilih dan menjalani apa yang sudah dipilih.
Perjalanan Amid Cs membawa mereka ke dalam sebuah perjuangan melalui DI/TII melawan pemerintah RI. Realita di lapangan bahwa mereka semakin terpojok membuat gundah Amid. Bahkan, dalam sebuah peristiwa, ia menembak mati seorang tentara yang setelah digeledah ternyata terdapat tasbih dan kitab suci pada saku tentara. Ini membuatnya tercenung dan memikirkan kembali apa yang telah ia pilih dan jalani.
Salah satu kekuatan lain pada novel ini yakni penulisannya yang sederhana. Walau berlingkup sejarah perjuangan, fokus pada kisah Amid cs diutamakan. Suasana peperangan tidak diutarakan secara melebar. Ini membuat kisah Amid cs lebih mudah didalami terlebih saat pembaca menemukan kisah mereka yang sedang galau ataupun senang. Manusiawi.
Teringat kepada “SARINAH” saat hari Kartini..
Bagi penikmat novel ber genre sejarah perjuangan RI, novel ini layak menjadi pilihan bacaan. Bila dicari karya yang memiliki nuansa sejarah perjuangan RI yang tetap berfokus pada cerita kemanusiawian, inilah salah satunya.
Judul : Lingkar Tanah Lingkar Air
Penulis : Ahmad Tohari
Editor : Eka Pudjawati
Penerbit :PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua Januari 2019.