
“Sebab pekerjaan mencetak batako sesuai dengan kepribadian saya, Bang, eh Pak.”
Kalimat diatas kiranya mudah menyetil saraf humor pembaca untuk merespon dengan tertawa. Setidaknya tersenyum. Itulah salah satu percakapan Sabari dengan orang yang sedang mewawancarinya. Sabari adalah salah satu tokoh dalam buku berjudul Ayah dan Sirkus Pohon karya salah satu pesohor tanah air ,Andrea Hirata.
Sabari dalam buku ini sebenarnya hidupnya belumlah berjalan seperti yang ia inginkan. Ia adalah pemuja kesetiaan. Kawan dari Hobirin ini berteguh dalam rasa kasmarannya kepada Lena. Bahkan ia bersetia cinta kepada seorang anak bukan kandungnya, Zorro.
Demikian pula dengan tokoh yang namanya sudah disebut di atas, Hobirin. Ia bernama asli Sobirin, adalah salah satu tokoh sentral . Ia dengan segala kondisinya berjalan menyusuri kisah hidupnya yang memberi kejutan. Mulai dari menjadi bagian kelompok yang diciduk polisi, terusir dari rumah, menjadi badut sirkus, dan kesetiaan kepada istrinya yang mengalami stres.
Terasa sedih bukan kisah-kisah di atas?
Disinilah kelihaian Andrea Hirata menyusun kisah yang mengalir dari para tokoh-tokoh pada buku ini dalam menjalani hidupnya yang sedih. Kepiawaian penulis, mengulur kisah sedih melalui percakapan-percakapan jenaka . Kisah –kisah jenaka itu tidak menambah kesan bahwa para tokoh di buku ini sedang melawak. Celetukan mereka adalah khas Andrea Hirata menyampaikan pesan bahwa menjalani hidup yang serius bisa saja melahirkan suasana dan celetukan jenaka.
Sepintas , judul buku ini menggiring pembaca untuk menduga bahwa kisah yang diangkat adalah tentang seorang ayah. Terlebih pada buku cetakan pertama ini, pada sampul belakang tidak tercatat cuplikan mengenai informasi tentang karya ini. Namun sangat mungkin bagi para pembaca yang telah mengenal karya Andrea Hirata pada buku-buku lainnya, ini tidak menjadi masalah. Mereka telah hafal liak liuk Andrea Hirata menyajikan sebuah cerita. Nikmati sajalah..
Kehadiran tokoh-tokoh lain tetap memberi warna khusus. Semisal, adiknya Hobirin yakni Azizah.Kisah pada lembar-lembar awal,adik Hobirin ini sangat mudah bagi pembaca membayangkan seperti apa sosoknya. Andrea Hirata kiranya mampu mendiskripsikannya dengan jelas sosok fisik dan karakternya. Begitu pula sosok Gastori. Bahkan Gastori memberikan sebuah ilmu hidup kepada kita bahwa Siapa yang pegang mik, dia yang berkuasa. Ungkapan ini sebenarnya memiliki makna dalam. Walaupun begitu, Andrea Hirata berhasil “menjelaskan ” kepada kita melalui kisah-kisah Gastori.
Pada akhir cerita, Andrea Hirata tidak menunjukkan suatu gambaran yang konkrit tentang suasana happy ending. Mungkin, ia memberikan kebebasan bagi para pembacanya untuk merangkai tebak-tebakan kisah para tokohnya semisal pertemuan Zorro dan Sabari setelah sekian tahun tiada sua. Atau tentang kisah istri Hobirin yang belum pasti akan sehat lagi atau tidak.
Karya ini begitu ringan dan mengalir. Pembaca tidak perlu mengengerutkan dahi untuk memahaminya. Olahan Dewibertha dan Rani Nura sebagaipenyunting karya ini terasa cukup suskes. Sepertinya, kedepannya karya ini akan dicetak ulang demi memenuhi hasrat pembaca karya Andrea Hirata.
Mau tahu nikmatnya membaca karya ini? Silakan mencari bukunya.
Judul : Ayah dan Sirkus Pohon Original Story
Penulis : Andrea Hirata
Penyunting : Dhewiberta, Rani Nura
Halaman : 195
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan pertama, Februari 2020
Saya juga ingin ikut meresensi buku
Pada tanggal Rab, 12 Agu 2020 15.40, resensibukupilihan menulis:
> resensi buku pilihan posted: ” “Sebab pekerjaan mencetak batako sesuai > dengan kepribadian saya, Bang, eh Pak.” Kalimat diatas kiranya mudah > menyetil saraf humor pembaca untuk merespon dengan tertawa. Setidaknya > tersenyum. Itulah salah satu percakapan Sabari dengan ora” >
SukaSuka
silakan. meresensi adalah salah satu cara kita “mengobrolkan” buku.
SukaSuka