
Namun juga muncul pertanyaan mengapa novel yang berjudul “ Ayah dan Sirkus Pohon” (2020) tidak selengkap “Ayah” (2015)?
https://resensibukupilihan.com/2020/08/12/kejenakaan-dalam-cerita-hidup-sobirin-cs/
Tautan di atas adalah resensi novel tulisan Andrea Hirata yang berjudul “Ayah dan Sirkus Pohon”. Pada tautan tersebut Resensi Buku Pilihan (RBP) telah menuliskan tentang daya tarik novel ini. Salah satunya yakni happy ending yang mengambang dari kisah Sabari yang menunggu Zorro, anak yang dibanggakannya meskipun bukan anak kandung.
Bolehlah kita tersenyum kecut karena bagi RBP dan pembaca novel ini lainnya yang menyukai kejelasaan akhir cerita, serasa dibiarkan oleh novel itu untuk membayangkan sendiri detik-detik pertemuan Sabari dan Zorro. Kita mereka-reka menurut imajinasi sendiri. Hanya itu yang bisa dilakukan saat menemukan tulisan TAMAT pada halaman 153 novel ini yang diterbitkan pertama kali pada bulan Februari 2020 oleh Bentang.
https://resensibukupilihan.com/2020/12/31/menikmati-jejak-bucin-sabari/
Namun, secara tidak sengaja, saat RBP berkunjung ke salah satu perpustakaan sebuah sekolah, terbacalah sebuah buku tebal judul “AYAH” tulisan dari Andrea Hirata ini. Semakin banyak halaman terbaca, semakin merasa tidak asing dengan cerita ini. Rasa ketagihan muncul dan membawa asa untuk menuntaskan hingga halaman cerita terakhir yakni 396.
Segeralah RBP merasa dilegakan oleh novel ini karena ada pertanyaan yang sebelumnya menggelanyut telah terjawab. Bukan saja tentang detik-detik pertemuan Zorro dan Sabari, kisah Mamat dan Ukun merupakan kisah persahabatan yang menginspirasi. Pengalaman lucu. Pengalaman sengsara namun berujung nikmat. Nikmat kepuasaan mereka bisa menemukan Lena dan dan Zorro. Nikmat mereka bisa membalas doa orang-orang yang mengantar mereka berdua ke dermaga saat akan memulai petualangan.
Kisah jejak “ bucin” ala Sabari kepada Marlena pun begitu unik pada novel berjudul “Ayah” yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh Bentang. Bahkan hingga meninggal, Sabari tidak bisa “memiliki” Marlena. Hanya tercatat pada halaman akhir cerita tentang sesuatu yang berbau romantis yakni Marlena meminta dimakamkan dekat makam Sabari dengan sebuah tambahan tulisan dibawah namanya yakni “ purnama kedua belas”.
Puas.
Namun juga muncul pertanyaan mengapa novel yang berjudul “ Ayah dan Sirkus Pohon” (2020) tidak selengkap “Ayah” (2015)?
Beruntung RBP bisa mengkontak Dhewiberta, salah satu penyunting novel “Ayah dan Sirkus Pohon”. Menurut Dhewi, novel “Ayah dan Sirkus Pohon” adalah ide awal dari novel “Ayah”. Menurutnya, penulisnya ingin memberi gambaran cerita awal sebelum novel “ Ayah” terbukukan.
Versi Original: Alternatif Pembacaan terhadap Novel-Novel Andrea Hirata
Dhewi juga membagikan tautan di atas ini. Sepemahaman RBP, tautan itu ingin memberikan gambaran bahwa bagi penulis dan penerbit sangat mungkin memproduksi sebuah buku ringkas yang bersumber dari buku yang pernah terbit. Ada berbagai alasan tentunya melatarbelakangi produksi buku yang lebih ringkas ini.
Sepertinya ini menjadi salah satu hal yang menarik dieksplorasi lebih lanjut kedepannya tentang buku-buku seperti 2 novel di atas.
Semoga.